Kamis, 31 Maret 2011

INDUSTRIALISASI ( SEKTOR INDUSTRI )


I. PENDAHULUAN

Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Secara umum definisi mengenai industri bermacam-macam namun pada dasarnya pengertiannya tidak berbeda satu sama lainnya,

Sedangkan pengertian industrialisasi adalah proses perubahan tenaga kerja manusia pada usaha tertentu yang menghasilkan laba menjadi tenaga mesin ..


II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INDUSTRI

Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Secara umum definisi mengenai industri bermacam-macam namun pada dasarnya pengertiannya tidak berbeda satu sama lainnya, adapun definisi menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok. Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa.

B. PENGERTIAN INDUSTRIALISASI

Proses perubahan tenaga kerja manusia pada usaha tertentu yang menghasilkan laba menjadi tenaga mesin .

C. KLASIFIKASI INDUSTRI

Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing (Siahaan, 1996), adalah sebagai berikut :

i. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

· Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang.

**Ciri – ciri :

· memiliki modal yang sangat terbatas,

· tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,

· pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

**Contoh : industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

· Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,

** Ciri – ciri :

o memiliki modal yang relatif kecil,

o tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.

** Contoh : industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

· Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.

**Ciri – ciri :

o memiliki modal yang cukup besar,

o tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu,

o pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.

** Contoh : industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

· Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.

**Ciri – cirri :

o memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham,

o tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus,

o pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test).

** Contoh : industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

ii. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha

· Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

· Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.

· Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

· Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.

· Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

iii. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi

· Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.

**Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

· Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.

** Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.


III. KESIMPULAN

Indonesia adalah yang sangat luas sehinnga mata pencaharian sebagian penduduk adalah pada sektor pertanian.Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat pontensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut :
• Ekspansi dari sektor-sektor ekonominya sngat tergantung pada pertumbuhan

output di bidang pertanian,baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai

sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri

manufaktur dan perdagangan.
• Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan

dosmestik bagi produk-produk di sektor-sektor lainnya.
• Sebagai suatu sumber madal untuk investasi di sekto-sektor ekonomi lainnya.
• Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).

IV. PUSTAKA

· http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/06/pengertian-industri.html

· http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf

· http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101010072202AAwNHoO

Selasa, 22 Maret 2011

Artikel Perekonomian Indonesia #

SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN

Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan.

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERTANIAN

Ø Menurut A.T.Mosher (1966)

Pertanian : Suatu bentuk proses produksi yang sudah khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan daripada hewan dan tumbuhan .

Ø Menurut Sri Setyati Harjadi (1975)

Pertanian : Usaha untuk mencapai hasil yang maksimum dengan mengelola faktor tanaman dan lingkungan .

B. Peranan Sektor Pertanian

Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk:

· Kontribusi Produkè Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufaktur spt industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman .

Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.

§ Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.

§ Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.

· Kontribusi Pasarè Pembentukan pasar domestik utk barang industri & konsumsi .

Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian spt pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian, mebel, dll) .

Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung:

§ Pengaruh keterbukaan ekonomiè Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari petani tdk menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian.

§ Jenis teknologi sector pertanianè Semakin moderen, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian

· Kontribusi Faktor ProduksièPenurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain .

F.P yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanianè Tenaga kerja dan Modal .

Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tsb:

§ Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga & hal ini juga tergantung kepada factor penawaran è Teknologi, infrastruktur & SDM dan factor permintaan è nilai tukar produk pertanian & non pertanian baik di pasar domestic & LN .

§ Petani harus net saversè Pengeluaran konsumsi oleh petani <> .

§ Tabungan petani > investasi sektor pertanian .

· Kontribusi Devisaè Pertanian sbg sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.

Kontribusinya melalui :

§ Secara langsungè ekspor produk pertanian & mengurangi impor.

§ Secara tidak langsungè peningkatan ekspor & pengurangan impor produk berbasis pertanian spt tekstil, makanan & minuman, dll .

Kontradiksi kontribusi produk & kontribusi deviasè peningkatan ekspor produk pertanian menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative thd pasokan pasar dalam negeri.

Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:

§ Peningkatan kapasitas produksi.

§ Peningkatan daya saing produk produk pertanian .

C. Sektor Pertanian di Indonesia

v Selama periode 1995-1997è PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat.

v Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian <> .

v 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.

Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan:

· Iklimè kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun .

· Lahanè lahan garapan petani semakin kecil .

· Kualitas SDMè rendah .

· Penggunaan Teknologièrendah .

Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125 negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme & pesimisme Negara LDC’s:

· Optimisè Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan tariff & non tariff .

· Pesimisè Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatan > LDC’s .

D. Investasi di Sektor Pertanian

Investasi di sector pertanian tergantung :

· Laju pertumbuhan output .

· Tingkat daya saing global komoditi pertanian .

Investasi:

· Langsungè Membeli mesin .

· Tdk Langsungè Penelitian & Pengembangan .

Hasil penelitian:

· Supranto (1998)è laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.

· Simatupang (1995)è kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.

E. ISU ISU SEKTOR PERTANIAN

v Penyelundupan

Di tengah kerja keras petani, persoalan penyelundupan telah menghancurkan usaha mereka. Kasus harga gula yang jatuh hingga Rp 2.600 per kilogram, padahal biaya produksi Rp 3.100 per kilogram pada tahun 2002, menjadi bukti bahwa petani dibiarkan menghadapi produk ilegal.

Kasus penyelundupan beras yang semula selalu dibantah oleh pejabat pemerintah, yang ternyata banyak terjadi, menyebabkan petani padi di berbagai daerah tidak bisa lagi menikmati harga dasar sebesar Rp 1.725 per kilogram gabah kering giling seperti yang ditentukan pemerintah .

Tidak perlu menunggu 100 hari untuk menuntaskan kasus ini. Dua kasus, yaitu penyelundupan 73.000 ton gula pada tahun 2004 dan penyelundupan beras sebanyak 60.000 ton, bisa diselesaikan kurang dari 100 hari. Bila dua kasus ini dituntaskan dengan menangkap seluruh pelaku, ini menjadi sinyal positif bagi petani.

Tanpa banyak mengeluarkan anggaran, penuntasan kasus ini akan meningkatkan gairah petani dalam memproduksi sejumlah komoditas pertanian. Penuntasan kasus ini juga menjadi tolok ukur sejauh mana penindakan penyelundupan di negeri ini. Bila didiamkan, penyelundup akan kebal. Akibatnya, penyelundupan akan lebih marak lagi. Belajar dari pemerintahan yang lalu, penuntasan kasus ini sangat membutuhkan koordinasi di antara anggota kabinet, mulai dari Menteri Keuangan yang membawahi Bea dan Cukai, kepolisian, hingga kejaksaan .

v Konversi lahan

Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan menjadikan lahan- lahan pertanian menciut di berbagai daerah. Lahan petani yang sempit makin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Di sisi lain, daya tarik sektor pertanian yang terus menurun menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya.

Petani lebih memilih bekerja di sektor informal dibandingkan dengan bertahan di sektor pertanian. Pelepasan kepemilikan lahan itu cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan. Beberapa waktu yang lalu pemerintah telah memberi perhatian pada masalah ini. Salah satu yang penting dan diperlukan dalam masalah ini adalah data kecepatan konversi lahan per tahun. Dari data ini bisa diperkirakan dampak-dampak konversi itu.

Bukan hanya itu, kebijakan pemerintah lainnya juga bisa terarah, seperti kebijakan pembangunan perumahan dan kebijakan pembangunan jalan raya. Selama ini perumahan dan jalan raya mudah sekali mengambil lahan pertanian kelas satu atau yang beririgasi teknis.

Masalah konversi lahan juga bisa teratasi bila pemerintah daerah sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah daerah harus tegas melarang pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan lahan di kawasan pertanian.

v Penyakit hewan

Masalah peternakan kadang disepelekan. Dengan perkembangan perdagangan dunia yang diikuti dengan makin meningkatnya lalu lintas produk pertanian antarnegara, masalah penyakit hewan makin perlu dicermati.

Ketegasan pemerintah dan pengetahuan yang mencukupi mengenai masalah perdagangan internasional diperlukan dalam menghambat masuknya berbagai jenis penyakit hewan dari luar negeri. Wabah penyakit mulut dan kuku, flu burung, dan penyakit sapi gila di beberapa negara cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa penyakit itu telah menghancurkan pertanian sejumlah negara.

v Produk impor

Berbagai produk pertanian impor telah masuk ke negeri ini. Sangat diperlukan sikap dan pandangan pemerintah mengenai produk-produk ini. Sikap dan pandangan ini akan memberi visi yang jelas bagi dunia usaha, peneliti, dan Departemen Pertanian dalam menjalankan kegiatan.

Isu-isu produk impor sangat sensitif bagi petani. Akan tetapi, melarangnya secara total juga akan mempersulit diplomasi perdagangan internasional. Serangan balik akan diterima jika tidak berhati-hati dalam melakukan pelarangan.

Apa pun yang diputuskan harus memberi gambaran yang jelas bagi semua pihak yang disertai dengan berbagai keuntungan dan risikonya. Keberanian pemerintah untuk membuat keputusan sangat diperlukan. Contoh yang jelas adalah dikeluarkannya kebijakan pengaturan impor gula dan penutupan impor beras yang dilakukan Depperindag beberapa waktu yang lalu.

v Kekeringan
Isu sensitif lainnya di sektor pertanian adalah kekeringan. Di kalangan media massa, isu kekeringan kerap kali menjadi isu yang seksi sehingga begitu muncul kekeringan di suatu daerah gampang sekali diangkat menjadi isu yang besar. Padahal, kerap kali isu kekeringan hanyalah isu lokal.
Meski demikian, pemerintah harus melihat kenyataan rusaknya lingkungan di daerah tangkapan air sedemikian parah telah menjadikan kekeringan makin parah, hingga tanpa penyimpangan iklim pun kekeringan sudah sangat parah. Lihat saja kekeringan tahun lalu di atas 400.000 hektar dengan lahan puso sekitar 100.000 hektar, padahal pada waktu itu tidak terjadi penyimpangan.

Pemerintah tidak perlu menutup-nutupi kasus kekeringan. Cara-cara lama menutupi sebuah kasus dengan tujuan menenangkan rakyat tidak perlu lagi dilakukan. Keterbukaan dalam kasus ini yang diikuti dengan sejumlah upaya yang akan dilakukan pemerintah akan menenangkan petani dan masyarakat.

v Bioteknologi
Isu bioteknologi, lebih tepatnya isu produk transgenik, dalam bidang pertanian akan makin muncul ke permukaan. Pertanyaannya, produk transgenik akan menjadi solusi atau menjadi masalah bagi kita? Kejelasan sikap pemerintah akan memberi gambaran yang jelas bagi dunia usaha dan peneliti untuk mengembangkan produk ini.

Kasus kapas transgenik beberapa waktu lalu telah menjadikan isu produk transgenik menjadi sangat sensitif dan melenceng. Kesalahan-kesalahan prosedur yang disertai dugaan suap telah membuat perdebatan terkait produk-produk transgenik menjadi tidak produktif.

Pemerintah perlu membuka kembali kasus kapas transgenik ini untuk memperlihatkan kepada publik tentang persoalan yang sebenarnya. Apalagi perusahaan yang mengembangkan kapas itu telah melaporkan adanya sejumlah dugaan suap dan penyalahgunaan dana dalam kasus itu .

v Isu lainnya

Berbagai isu lainnya masih akan mewarnai sektor pertanian kita pada beberapa tahun mendatang. Isu perdagangan internasional dan perjuangan kita di forum dunia menjadi salah satu kunci penting bagi perlindungan sektor pertanian. Banyak negara mengambil pilihan melindungi petani dalam negeri daripada membiarkannya masuk pasar bebas. Kita memilih yang mana?

Persoalan harga dasar gabah, kelangkaan pupuk, banjir, tekanan produk impor juga masih akan menjadi persoalan bagi petani. Sengketa perdagangan internasional terkait produk pertanian juga bisa muncul.

Kurangnya ketertarikan tenaga kerja muda di sektor pertanian mulai muncul. Generasi muda cenderung meninggalkan sektor pertanian, untuk itu mekanisasi pertanian perlu menjadi alternatif pemecahan. Masih banyak isu pertanian lainnya yang memerlukan perhatian pemerintah.

Pemilihan umum telah usai, pemerintah baru telah terbentuk, kini saatnya petani menagih janji! Petani hanya menginginkan agar pemerintah memberi iklim usaha yang nyaman bagi mereka.

III. KESIMPULAN

Untuk memajukan perekonomian indonesia perlu adanya penyeimbangan peran antara industri dan pertanian. Untuk mengurangi biaya tetap industri dalam pembelian bahan baku, sebaiknya industri tersebut membeli bahan baku dari petani lokal. Untuk itu petani (dengan bantuan perusahaan dan pemerintah setempat) perlu memperbaiki sistem pertanian untuk dapat menghasilkan hasil pertanian yang berkualitas tinggi untuk dapat diolah oleh industri menjadi barang jadi yang harga jualnya jauh lebih tingi daripada bahan mentahnya. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi mengekspor bahan mentah dan mengimpor barang mentah hasil ekspor yang telah berubah bentuk, namun langsung mengekspor barang jadi dan mengurangi impor barang jadi. Dengan begitu devisa indonesia dapat ditingkatkan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

· kuswanto.staff.gunadarma.ac.id

· http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0410/26/ekonomi/1343816.html

· http://madellia-agribisnis.blogspot.com/2009/12/isu-isu-sektor-pertanian.html

· http://www.docstoc.com/docs/1047901/agronomi?term=pengertian-dan-ruang-lingkup-pertanian

Senin, 14 Maret 2011

Artikel Perekonomian Indonesia #

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN

Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan.Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional.

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEMISKINAN

· Kemiskinan absolut: apabila tingkat pendapatannya di bawah “garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja .

· Kemiskinan relatif: kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.

· Kemiskinan kultural: karena mengacu kepada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif; meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya .

· Kemiskinan struktural: kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan . Kemiskinan struktural banyak disorot sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain .

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

· Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

· Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

· Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

B. PENYEBAB KEMISKINAN

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

· penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

· penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

· penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

· penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

· penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

C. MENGHILANGKAN KEMISKINAN

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

· Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

· Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

· Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

D. CARA MENGATASI KEMISKINAN

Bagaimana menangani kemiskinan memang menarik untuk disimak. Teori ekonomi mengatakan bahwa untak memutus mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, dan mengembangkan teknologi. Melalui berbagai suntikan maka diharapkan produktifitas akan meningkat. Namun, dalam praktek persoalannya tidak semudah itu. Lantas apa yang dapat dilakukan?

Program-program kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di berbagai negara. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat program penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara bagian, memperbaiki kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatan pendidikan dan kerja untuk para pemuda, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan kepada kaum miskin usia lanjut. Selain program pemerintah, juga kalangan masyarakat ikut terlibat membantu kaum miskin melalui organisasi kemasyarakatan, gereja, dan lain sebagainya.

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan.

Sedangkan, P2KP sendiri sebagai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan lebih mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat dengan mendudukan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi obyek program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program. Nasib dari program, apakah akan terus berlanjut atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan komitmen masyarakat sendiri.

E. BAGAIMANA TINGKAT KEMISKINAN

a 2010, Angka Kemiskinan Diprediksi Turun Jadi 13,5%

Jum'at, 26 Februari 2010 - 10:43 wib
Candra Setya Santoso - Okezone

JAKARTA - Ekonom Umar Juoro memperkirakan angka kemiskinan mengalami penurunan pada 2010 menjadi 13,5 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
"Kemiskinan akan turun karena inflasi yang rendah dan juga ekonomi yang lebih baik menyusul pemulihan ekonomi dunia," katanya, dalam acara Indonesia Economic Plans: Challenges & Prospects, di Financial Club Graha Niaga, Jakarta, Kamis (25/2/2010)kemarin. Pada 2009, tingkat kemiskinan tercatat mencapai 14,15 persen atau sebanyak 32,53 juta jiwa atau turun dibandingkan 2008 yang mencapai 15,42 persen. Pada 2010, pemerintah menargetkan angka kemiskinan turun lagi menjadi 13 persen. Menurut Umar, yang juga menjabat Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (Cides), angka kemiskinan yang turun ke tingkat 13,5 persen memang lebih tinggi sedikit dibandingkan target pemerintah sebesar 13 persen pada 2010. Namun, lanjutnya, jika program pemerintah mengatasi kemiskinan bisa berlangsung lebih efektif lagi, target angka kemiskinan bisa tercapai. Umar juga mengharapkan, pemerintah lebih banyak lagi menciptakan lapangan kerja lebih disektor formal dan bukan informal. Pada 2009, tingkat inflasi mencapai 2,78 persen atau merupakan rekor terendah dalam 10 tahun terakhir sejak 1999 sebesar 2,1 persen.(ade)

b TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

· Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu (3,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 323,17 ribu (3,62 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan antara lain oleh:

i. Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun 2010 mencapai angka 6,21 persen.

ii. Pada bulan Januari – Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen.

iii. UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009 menjadi Rp 1.118.009 pada 2010.

· Garis Kemisknan (GK) tahun 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding GK tahun 2009 yang sebesar Rp 316.936 per kapita per bulan.

· Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 213.487 (64,46 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp 117.682 (35,54 persen).

· Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Komoditi Non-Makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan.

· Keadaan tahun 2010 dibanding dengan keadaan tahun 2009

i. Angka kemiskinan (P0) turun 0,14 poin dari 3,62 persen menjadi 3,48 persen.

ii. Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) menurun dari 0,57 menjadi 0,45.

iii. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) semakin menyempit yaitu dari 0,14 menjadi 0,11.


F. PERTUMBUHAN , KESENJANGAN DAN KEMISKINAN .

Data 1970 – 1980 menunjukkan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi.

Semakin tinggi pertumbuhan PDB/pendapatan perkapita, semakin besar perbedaan sikaya dengan simiskin.

Penelitian di Asia Tenggara oleh Ahuja, dkk (1997) menyimpulkan bahwa selama periode 1970an dan 198an ketimpangan distribusi pendapatan mulai menurun dan stabil, tapi sejak awal 1990an ketimpangan meningkat kembali di LDC’s dan DC’s seperti Indonesia, Thaliland, Inggris dan Swedia.

Janti (1997) menyimpulkan è semakin besar ketimpangan dalam distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan perubahan kebijakan publik. Perubahan pasar buruh ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besar saham pendapatan istri dalam jumlah pendapatan keluarga.

Hipotesis Kuznetsè ada korelasi positif atau negatif yang panjang antara tingkat pendapatan per kapita dengan tingkat pemerataan distribusi pendapatan.

Dengan data cross sectional (antara negara) dan time series, Simon Kuznets menemnukan bahwa relasi kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita berbentuk U terbalik.

G. KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN

Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia, seperti Bank Dunia, ADB,ILO, UNDP, dan lain sebagainya.

Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Developent Report on Proverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front : (i) pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin, (ii) pengembangan SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi, (iii) membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mamu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.

Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :

· Intervensi jangka pendek, berupa : Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan

· Manajemen lingkungan dan SDA

· Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan

· Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan

· Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)

· Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa :

Ø Pembangunan/penguatan sektor usaha

Ø Kerjsama regional

Ø Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi

Ø Desentralisasi

Ø Pendidikan dan kesehatan

Ø Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan

Ø Pembagian tanah pertanian yang merata

III. KESIMPULAN

Upaya pengentasan kemiskinan di daerah akan dapat terwujud bila terbangunnya serta melembaganya jaringan komunikasi, koordinasi dan kerjasama dari tiga pilar yang ada di daerah, yaitu Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan kelompok peduli. Memantapkan kembali program-program pembangunan nasional berbasis masyarakat miskin, diikuti dengan kepedulian daerah dalam mengawal dan mengawasi implementasinya di lapangan agar benarbenar tepat sasaran. Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis spasial, merupakan solusi yang dianggap tepat dalam mengurangi disparitas pendapatan dan tingkat kemiskinan di Indonesia.


IV. PUSTAKA

· http://resources.unpad.ac.id/unpad content/uploads/publikasi_dosen/Pemberdayaan%20Nelayan.pdf

· http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

· http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertian-kemiskinan/

· http://jakarta.bps.go.id/BRS/Sosial/Miskin10.pdf

· http://economy.okezone.com/read/2010/02/26/20/307347/2010-angka-kemiskinan-diprediksi-turun-jadi-13-5

· http://blog.uin-malang.ac.id/nita/2011/01/06/kemiskinan-dan-kesenjangan-pendapatan/

· http://sofyan71sbw.files.wordpress.com/2010/05/distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan-di-indonesia.pdf