PROSPEK INVESTASI DI INDONESIA
Banyak pihak, termasuk Bisnis Indonesia, menayakan bagaimana
prospek investasi 2009? Jawaban saya, lebih baik berusaha memastikan bahwa
prospek tersebut tetap cerah, dibandingkan menebak atau memproyeksikan keadaan
tersebut. Bukan apa-apa, krisis keuangan global saat ini betul-betul parah dan
dampaknya masih terus diperkirakan dan bisa berubah kapan saja.
Kunci keberhasilan Indonesia dalam memastikan prospek investasi yang
lebih atau tetap cerah seperti beberapa tahun terakhir terletak pada menentukan
proses apa yang harus diwujudkan.
Dalam hal investasi sektor riil, proses tersebut dapat
dikategorikan menjadi tiga. Pertama
proses mewujudkan iklim investasi yag lebih menarik dan kompetitif dari segala
keamanan, kecepatan pelayanan perizinan, dan kepastian hukum.
Kedua adalah proses mempromosikan Indonesia kepada dan di antara
negara-negara lain di Asia dan dunia. Ketiga
adalah proses mempertahankan investasi yang sudah berjalan atau sudah
disetujui. Agar investasi yang sudah ada bisa ditingkatkan maka dukungan
masyarakat terhadap pentingnya investasi juga perlu ditingkatkan.
Inilah tiga proses
atau lebih tepatnya tiga proses yang harus dipenuhi oleh Indonesia untuk
memastikan prospek investasi yang tetap cerah di tengah-tegah resesi
perekonomian global. Tiga prinsip tersebut bila dijalankan dengan baik akan
mengemas profil, kebutuhan, dan karakter Indonesia sebagai tujuan investasi
unggulan.
Profil Indonesia adalah negara besar yang kaya sumber daya alam
namun masih dalam tahap membangun. Kebutuhan Indonesia adalah pembagunan fisik
serta manusia dengan latar belakang yang sangat majemuk dan demografi yang
sangat muda.
Serta karakter masyarakat agraris yang sedang mengalami
perubahan fundamental sebagai akibat dari proses demokrasi dan desentralisasi
yang sangat cepat. Yang tidak kalah penting adalah mencocokan proses dan
kemasan tersebut dengan peluang dan tantangan dalam mengundang investasi pada
2009.
Mencari berkah
Sebenarnya resesi perekonomian kali ini
membawa beberapa peluang nyata bagi Asia, khususnya Indonesia. Pertama, sebelum
AS resmi dideklarasikan mengalami resesi, para ekonom dunia sudah
memprediksikan potensi Asia sebagai garda depan pertumbuhan ekonomi dunia,
terutama India dan China sebagai lokomotifnya.
Saat itu yang dijadikan acuan adalah
pertumbuhan ekonomi di AS, Eropa dan negara-negara maju lainnya sebagai Jepang
yang semakin stagnan karena struktur masyarakatnya yang semakin berumur dan
siklus pertumbuhan ekonominya yang sudah memasuki tahap mature atau matang.
Resesi perekonomian saat ini justru mengukuhkan posisi Asia bukan saja sebagai
masa depan perekonomian dunia, tapi justru sebagai penyelamat.
China dan india akan mengalami goncangan yag cukup mengkhawatirkan sebagai akibat dari resesi di AS. Kedua negara asia adidaya tersebut bergantung kepada daya beli masyarakat dan perusahaan global yang berbasis di AS dan Eropa. India dengan industri teknologi informasi (TI) dan China dengan ekspor barang konsumennya.
China dan India pasti dipaksa untuk melakukan berbagai penyesuaian internal melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang sifatnya terobosan untuk menyelamatkan perekonomian masing-masing dari dampak resesi AS yang terlalu dalam. Penyesuaian-penyesuaian tersebut bisa menimbulkan kekhawatiran bagi para penanam modal khususnya dalam hal kepastian regulasi. Hal ini bisa berdampak negatif terhadap iklim investasi di kedua negara.
Nah ini adalah berkah kedua dari resesi saat
ini bagi Indonesia. Ketika para penanam modal sudah pasti datang dan mencari
peluang di Asia di luar China dan India, Indonesia sebagai negara terbesar
ketiga harusnya diuntungkan karena lima hal utama: ukuran pasar domestik yang
sangat besar, tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat,
potensi sumber daya alam yang sangat kaya, stabilitas politik dan demokrasi
yang terus terbangun dengan baik, serta rezim devisa bebas yang merupakan daya
tarik tersendiri karena memberikan fleksibilitas keuangan yang sangat tinggi
bagi penanam modal.
Berkah ketiga adalah perubahan yang akan
terjadi di dalam kawasan Asa itu sendiri dengan bergesernya atau setidaknya
terbaginya episentrum perekonomian global. Stephen Roach, Mantan Chief
Economist Morgan Stanley yang sekarang menjadi Chairman Morgan Stanley Asia
Pacific menulis buku dan memberi judul yang sangat tepat ' The New Asia '.
artiya tidak saja Asia akan menjadi masa depan perekonomian global, tapi
perekonomian Asia itu sendiri akan mengalami perubahan yang cukup besar dan
mendasar.
http://kanaka.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68%3Amemastikan-prospek-investasi-2009-tetap-cerah&catid=46%3Aadvisory&Itemid=63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar