Nama : Reni Rulistiani
Azkiya
Npm : 25210750
Kelas : 3eb07
Pengusaha Mengeluh
Soal Aturan Baru Impor Buah & Sayur
Zulfi Suhendra - detikfinance
Rabu, 10/10/2012 18:56 WIB
Jakarta
-
Permendag No. 60/2012 tentang Ketentuan Impor Hortikultura yang berlaku 28
September 2012 masih dikeluhakan oleh para importir. Para pengusaha mengaku
harus terbebani dengan biaya-biaya tambahan sebagai konsekuensi adanya
peraturan baru tersebut. .
Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh saat ditemui di Kantor Kementerian
Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta Pusat, Rabu (10/10/12).
Deddy mengatakan, kebanyakan dari para importir mengkhawatirkan melonjaknya harga komoditi yang diimpor akibat dari naiknya ongkos impor komoditi ini. "Ada keluhan mengenai kemungkinan dengan peraturan ini akan berdampak pada naiknya harga. Karena ada biaya-biaya yang harus ditanggung. Seperti biaya verifikasi, pengurusan izin, label. Itu memang risiko dari suatu aturan," kata Deddy. < argumen >
Deddy mengatakan, kebanyakan dari para importir mengkhawatirkan melonjaknya harga komoditi yang diimpor akibat dari naiknya ongkos impor komoditi ini. "Ada keluhan mengenai kemungkinan dengan peraturan ini akan berdampak pada naiknya harga. Karena ada biaya-biaya yang harus ditanggung. Seperti biaya verifikasi, pengurusan izin, label. Itu memang risiko dari suatu aturan," kata Deddy. < argumen >
Namun, Deddy mengatakan, justru ini merupakan hal yang positif.
Pasalnya, dengan naikknya harga komoditi impor, daya saing komoditi lokal
otomatis akan naik.
"Itu sebetulnya bisa berdampak positif pada produksi
buah-buahan di dalam negeri. Karena persaingannya semakin baik. Produksi dalam
negeri. Karena dengan naiknya harga buah impor itu kan bisa masuk produksi
dalam negeri," paparnya.
Deddy melanjutkan, sampai saat ini
ada 77 perusahaan yang terdaftar memiliki izin sebagai importir terdaftr, 8 perusahaan
sedang dalam proses verifikasi, dan 28 perusahaan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan , < penalaran > . "Mereka tidak memiliki gudang pendingin, atau tidak
memiliki kerjasama dengan distributor. Ditolak bukan berarti seterusnya tidak
bisa. Silahkan mengajukan lagi," pungkasnya.
Permendag 60 ini merupakan sebuah revisi dari permendag 30 yang
diberlakukan mulai tanggal 28 September kemarin.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan menerbitkan peraturan menteri Permen No 30/M-DAG/PER/5/2012 untuk
mengendalikan angka impor holtikultura yang semakin melonjak.
Permendag ini
didasarkan pada amanat UU No 13 Tahun 2010 tentang holtikultura yang mewajibkan
importir untuk memperhatikan aspek keamanan pangan, menjaga stabilitas
nasional.
(zul/hen)
Harga Bahan Baku Plastik Naik 15% Akibat Minyak Dunia
Wiji Nurhayat - detikfinance
Rabu, 10/10/2012 18:43 WIB
Jakarta - Harga bahan baku plastik (polyethylene)
telah mengalami kenaikan sebesar 10%-15%, akibat merangkaknya harga minyak
mentah dunia. Demikian disampaikan Direktur Pengembangan Bisnis Federasi
Pengemasan Indonesia Ariana Susanti. < penalaran >
"Harganya merambat naik 10%-15%. Ini yang kita keluhkan,
harga minyak mentah naik dan berimbas pada kenaikan harga bahan baku
plastik," katanya saat ditemui di JIE Kemayoran Jakarta, Rabu
(10/10/2012).
Menurutnya, keberlangsungan industri kemasan di Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Harga minyak mentah berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Oktober pun telah mengalami kenaikan 17 sen dan ditutup pada posisi 95.53 dolar per barel. < argument >
"40% bahan baku kita masih impor, dari banyak negara mulai dari Timur Tengah, dan Asia," katanya.
Meski demikian Ariana masih percaya dengan kinerja industri pengemasan di tanah air. Sampai bulan September 2012 tercatat kinerja industri pengemasan sebesar Rp 44 triliun, atau lebih besar dibandingkan pencapaian tahun lalu yang hanya Rp 42 triliun.
Menurutnya, keberlangsungan industri kemasan di Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Harga minyak mentah berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Oktober pun telah mengalami kenaikan 17 sen dan ditutup pada posisi 95.53 dolar per barel. < argument >
"40% bahan baku kita masih impor, dari banyak negara mulai dari Timur Tengah, dan Asia," katanya.
Meski demikian Ariana masih percaya dengan kinerja industri pengemasan di tanah air. Sampai bulan September 2012 tercatat kinerja industri pengemasan sebesar Rp 44 triliun, atau lebih besar dibandingkan pencapaian tahun lalu yang hanya Rp 42 triliun.
"Saat ini Rp 44 triliun, tumbuh 7-8% dibandingkan tahun
lalu. Minyak mentah naik itu kendala kita, minyak naik plastik naik juga,"
tutupnya.
(wij/wep)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar